CNN Indonesia
Senin, 29 Sep 2025 23:15 WIB

Jakarta, CNN Indonesia --
Pimpinan Sidang Muktamar ke-X PPP Amir Uskara mengungkap proses terpilihnya Muhamad Mardiono sebagai Ketua Umum periode 2025-2030.
Amir menyatakan para peserta muktamar menyetujui pencalonan tunggal Mardiono dalam sidang nan dilaksanakan di Hotel Mercure, Ancol, Sabtu (27/9). Oleh karena itu, kata dia, majelis sidang mengambil keputusan aklamasi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mengakui memang sempat terjadi dinamika dalam pembahasan tata tertib muktamar sebelum penetapan Ketua Umum.
Akan tetapi, Amir mengatakan pasal 11 rancangan tata tertib mengatur bahwa pemilihan Ketua Umum kudu dilakukan dengan kehadiran bentuk peserta muktamar.
"Memang ada sedikit dinamika sidang dalam pembahasan muktamar tadi, dalam pembahasan tatib muktamar. Cuma dalam pasal 11 di rancangan tatib muktamar dijelaskan bahwa pemilihan Ketua Umum kudu dihadiri secara fisik," ucap Amir melalui keterangan tertulis, Senin (29/9).
[Gambas:Video CNN]
Setelahnya, Amir menyebut patokan tersebut disampaikan dan seluruh peserta ditanyakan apakah sepakat alias tidak. Ia mengaku para peserta kemudian menyetujui aklamasi Mardiono.
Amir mengatakan meskipun setelah penetapan sempat terjadi keributan di arena muktamar, keputusan sidang nan telah diketuk palu tetap sah.
"Jadi setelah itu mungkin keributan dilanjutkan dan kami sudah meninggalkan sidang lantaran memang sudah ketuk palu," tuturnya.
Ia menegaskan bahwa support kebanyakan DPW sudah diberikan kepada Mardiono. Seluruh DPW tersebut juga disebut datang di dalam ruang sidang Muktamar X.
"Cuma diganggu oleh segelintir alias beberapa orang nan membikin dinamika menjadi tinggi di ruang sidang," pungkasnya.
Hal itu disampaikan setelah Ketua Majelis PPP M Romahurmuziy alias Rommy membantah klaim Pelaksana Tugas (Plt.) Ketua Umum PPP Muhammad Mardiono terpilih sebagai Ketum PPP secara aklamasi.
"Mardiono terpilih secara aklamasi adalah palsu, klaim sepihak, tidak bertanggung jawab, dan merupakan upaya memecah belah Partai Persatuan Pembangunan," ujarnya.
Ia mengatakan Mardiono sempat diteriaki gagal, diminta mundur, dan PPP disebut perlu perubahan saat Muktamar ke-10 PPP berlangsung.
"Dengan demikian, tidak lah masuk logika bahwa hawa penolakan nan begitu besar atas kepemimpinan Mardiono justru berhujung dengan terpilihnya Mardiono secara aklamasi," tuturnya.
(tfq/chri)